Minggu, 18 November 2012

Misteri Kematian John "Bonzo" Bonham

Kindly Bookmark and Share it:

Sebuah komplek pemakaman di pekarangan gereja kecil yang sunyi di Worcestershire menjadi saksi bisu kunjungan ribuan penggemar dari sebuah band rock legendaris. Hampir setiap hari, penggemar Led Zeppelin berziarah dan mengadakan upacara kecil di pekarangan Rushock Parish Church tempat menaburkan abu jasad Bonzo yang telah dikremasi. Pekarangan gereja yang dipenuhi rerumputan dan berbagai jenis pepohonan liar itu dilalui oleh jalan setapak berliku dengan lebar gak lebih dari 1 meter. Di sana-sini nisan yang sebagian besar terlihat kotor dan rusak menjadi pemandangan utama. Nisan Bonzo terletak agak masuk ke dalam, di balik bangunan gereja.
Dari sekian banyak nisan yang tersebar di pekarangan itu, nisan Bonzo termasuk yang paling bersih dan menyolok. Stik dram yang bertebaran, dua botol kecil vodka, gelas, kunci-kunci, pemantik api, koin, CD, bahkan dadu menghias di kedua sisi nisan. Benda-benda itu merupakan hal yang identik dengan Bonzo semasa hidup. Seperti gak ada habisnya, gelombang pengunjung selalu datang membanjiri prasasti kecil tersebut terutama di setiap 25 September. Petugas makam Vicki Jennings menceritakan bahwa pengunjung yang datang berasal dari berbagai belahan dunia. Untungnya selama ini gak pernah ada masalah. Bahkan kebersihan makam tetap terjaga. Seluruh pengunjung seolah tahu aturan dan sangat menjaga ketertiban. “Mungkin karena mereka benar-benar menaruh hormat kepada almarhum Bonzo,” sambung Vicki.

Vicki selalu melihat mobil-mobil pengunjung yang datang dan pergi. Bahkan ada seorang turis Jepang yang rela datang dengan menggunakan taksi sejauh 200 kilometer dari London. Catatan pengunjung juga memberikan keterangan bahwa tamu-tamu yang datang banyak berasal dari Amerika, Kanada, Jepang, Jerman, Republik Slowakia, Polandia, Denmark, dan sedikit dari Australia. Di antara nama pengunjung terdapat pula anggota keluarga Bonzo, termasuk Pat istri almarhum.

Pada tahun 2005, tepat 25 tahun setelah kematian Bonzo, Pat menulis di secarik kertas, “I miss you more each day. My love will never die. Your loving wife. Pat." Pat tetap tinggal di The Old Hyde yang terletak gak jauh dari pemakaman, di rumah yang dibangun Bonzo pada tahun 70an. Ia sesekali terlihat memberikan penghormatan di prasasti almarhum suaminya. “Dia adalah wanita yang baik, pendiam, dan seorang tetangga yang perhatian. Gak jauh berbeda dengan Jason, putra hasil pernikahannya dengan Bonzo,” tambah Vicki. Selain Jason, pasangan Pat dan Bonzo juga dikaruniai seorang putri bernama Zoe.

Kematian Bonzo berawal pada 24 September 1980. Pagi itu Bonzo meninggalkan peternakannya The Old Hyde di Worcestershire untuk latihan bersama personil Led Zeppelin lain di studio Bray, Berkshire. Ia dijemput oleh Rex King, salah seorang asisten manajer. Latihan ini diadakan menjelang konser keliling Amerika Serikat yang belum lagi pernah diadakan sejak tahun 1977. Menurut Jimmy Page kesempatan latihan kali itu sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. “Banyak yang harus dibenahi setelah apa yang terjadi belakangan ini,” kata Jimmy. Kematian Karac anak Robert Plant dan terjerumusnya Bonzo ke dunia heroin sempat menurunkan atmosfir seluruh personil Led Zeppelin. September 1980 itu, Bonzo memang telah berhenti menggunakan heroin walau tetap harus mengonsumsi obat Motival untuk mengurangi rasa cemas dan mengangkat semangatnya. Sayang, setelah terbebas dari heroin, alkohol justru menjadi tempat pelarian Bonzo berikutnya. Di tengah perjalanan menuju Berkshire, Bonzo yang merasa lapar tiba-tiba meminta Rex untuk menghentikan mobil di sebuah pub. Setelah mobil berhenti, Bonzo pun langsung memesan beberapa ham, jus jeruk, dan menenggak 16 sloki vodka! Sampai di studio Bonzo terlihat sangat lelah dan mabuk. Robert Plant bercerita bahwa Bonzo berkata dengan tampang putus asa,”Saya gak mau melakukan ini. Kamu aja yang main dram. Biarkan saya menyanyi!”

Sepanjang latihan Bonzo bahkan tetap menenggak vodka hingga latihan terpaksa dihentikan. Sebuah sumber mengatakan bahwa Bonzo sebenarnya gak mau manggung di Amerika Serikat lagi. Ia sangat depresi. Pasalnya, konser terakhir di sana berlangsung kacau dan ada beberapa perkara hukum yang belum terselesaikan. Latihan selesai sampai di situ sebelum beberapa saat kemudian seluruh personil berkumpul di rumah baru Jimmy di daerah Windsor. Di rumah yang terletak di tepian sungai Thames itu, Led Zeppelin berkumpul untuk terakhir kali.

Di rumah Jimmy, Bonzo melanjutkan minum-minuman kerasnya. Bersloki-sloki vodka ia tenggak habis! Ia pun mabuk berat dan tergeletak begitu saja di sofa tepat menjelang tengah malam. Dalam satu hari itu, Bonzo diperkirakan telah menenggak sekitar 40 sloki vodka! Rick Hobbs asisten Jimmy yang melihat Bonzo terkapar merasa gak tega. Ia pun memindahkan Bonzo ke kamar tidur, membaringkan, dan menopang kepala Bonzo dengan bantal sebelum kemudian memadamkan lampu. Matahari sudah tinggi ketika keesokan hari, tanggal 25 September 1980, Benji LeFevre (asisten Robert) mencari-cari Bonzo. Pukul 13.45 Benji yang ditemani John Paul Jones memasuki ruang tidur untuk membangunkan Bonzo. Menyaksikan wajah Bonzo yang terpejam tampak biru dan pucat, Benji pun iseng-iseng mendeteksi denyut jantung Bonzo. Ternyata, denyut yang diharapkan gak dirasakan sama sekali. Sebuah mobil ambulans pun didatangkan kemudian. Namun menurut pemeriksaan dokter, Bonzo memang sudah gak bernyawa sejak beberapa jam lalu. Ia dinyatakan tewas di tempat akibat terlalu banyak menenggak minuman beralkohol. Tewas dalam usia 32 tahun. Ada kemungkinan ia keracunan alkohol namun ternyata hal itu gak menjadi ketetapan akhir dari visum dokter. Saat Bonzo tertidur, ada cairan yang termuntahkan secara gak sengaja hingga menghambat saluran pernafasannya. Muntahan itulah yang akhirnya membuat Bonzo mati tercekik. Ya, mati tercekik muntahan minuman kerasnya sendiri.

Jasad Bonzo kemudian dikremasi pada 10 Oktober 1980 dengan disaksikan oleh teman, keluarga, dan seluruh personil Led Zeppelin yang tersisa. Di sisi pusara berdiri sebuah batu nisan bertuliskan kalimat penghormatan dari keluarga yang sangat mencintainya,

”Cherished memories of a loving husband and father, John Henry Bonham, who died September 25th 1980. Aged 32 years. He will always be remembered in our hearts.”

Goodnight my Love, God Bless.
(fartol)...



0 komentar:

Posting Komentar